- Home >
- Cerpen (Short Stories) >
- Saling Membantu
Posted by : Alsy Taqiya
May 11, 2017
"Dear Diary, hari ini aku
merasa sangat senang, entah mengapa :D Pagi-pagi ku bangun dengan udara segar
saat ku buka jendela kamar. Mataku terbelalak ke meja belajar, melihat nasi
goreng, salad buah, dan jus alpukat sudah siap untuk disantap. Pasti ibu
sengaja menyiapkan pagi-pagi ini untukku. Wajar saja, kemarin aku nggak makan
malam karena kebawa bad mood
gara-gara berantem sama kak Shafira. Ughh..
jahat pol!! Lalu, ku kunci pintu kamarku, memastikan agar kakak nggak
ngganggu dan agar kucingku tidak masuk kamar dan melas-melas minta makan.
Haha... perfect!" tulis Sheila
di buku hariannya.
"Dok! Dok! Dok! Sheilaa..
cepetan buka pintunya!!" kakakku yang sangat amat super duper
menjengkelkan, membuatku kaget setengah mati sampai tersedak saat ku cicipi
suapan pertama.
"Uhuk! Uhuk! Bentar ta, kak!!
nggak tau apa, kalo aku lagi enak-enak breakfast?!"
bentak Sheila dengan memasang muka kecut di depan kakaknya.
"Cih, jangan sok bule, lu! Itu tuh, ada Barbie film kesukaan lu!" kata
Shafira yang menunjuk ke arah TV. Sheila pun cepat-cepat keluar kamar, takut
ketinggalan serial episode Barbie, yang selama ini lama tak muncul di TV.
"Horee, ada Barbie! Lo... tapi
mana kak? Kok nggak ada?" Sheila mencoba untuk mengganti-ganti channel TV. Ia tampak seperti orang
kebingungan karena tak dapat menemukan film kesukaannya.
"Hahahaha! Satu monyet telah
tertipu, maafkan aku, kasihan deh luu ♪!!" tipu Shafira pada adiknya
dengan tertawa terlingkal-pingkal. Sheila pun marah.
"Iiiihh.... dasar kak Fir'aun!!
Awas ya! Sheila nggak mau percaya lagi sama kakak!" Sheila pun mencakar
pipi kakaknya karena telah membuatnya kesal.
"Aaaaau! Sakit tauk! Huh,
biarin aja, salahmu sendiri yang kemarin ngasih banyak garam ke jusku!"
bentak Shafira ke adiknya. Adiknya menangis dan mengadu ke ibunya.
"Huaa... mama... kak Shafira
nakal.."
"Shafira! Kamu apakan adikmu
sampai pipinya merah semua gini?! Kalian ini... setiap hari bertengkar saja!
Shafira! Kamu itu sebagai kakak harus jadi contoh yang baik ke adikmu! Cepetan
maaf ke adik!" pinta ibu mereka.
"Lo, tapi kok aku Maa?
Seharusnya adik dulu dong, adik yang masukin garam ke jusku dulu, Maa!!"
kata Shafira tak mau kalah.
"Nggak ada tapi-tapian!! Cepat
maafan!" kata sang ibu. Dengan terpaksa, Shafira mengulurkan tangannya
untuk minta maaf ke adiknya, namun ia tak ikhlas.
"Maaf!" kata Shafira singkat.
"Huh!" balas adiknya,
dengan mengulurkan tangannya pula.
***
Huh, gitu deh. Gua benci sama adik
gua sendiri. Setiap hari selalu aja jadi trouble-maker
hidup gua. Yang nyoret-nyoretin tugas PRku lah, nambahin garam ke minumanku
lah, ngotorin seragamku lah, nyembunyiin sepatu sekolahku lah, matiin alarmku
lah, ahh pokoknya banyak banget! Karena itu, aku jadi sering dimarahin guruku
karena terlambat, cuma gara-gara nyariin sepatu sebelah kiriku yang diumpetin
adik. Hah, adik? Sebenernya males gua manggil dia sebagai adik. Tapi karena
dipaksa sama ibu, jadi gua harus gitu. Pokoknya males banget ngakuin berdarah
daging sama dia! Disuruh ngambilin kacamataku yang ketinggalan aja ogah.
Harusnya kan sang adik berbakti pada kakaknya, kan? Dan ujung-ujungnya waktu
aku ngerjain adik dikit aja, gua yang kena marah ibu! Aku lagi! Aku lagi! Adik
nggak pernah dimarahin ibu, padahal adik yang memulai perang! Hiiihhh dunia ini
serasa gak adil! Namun, aku tetap sayang sama ibuku alias mamaku karena beliau
adalah sosok ibu yang tangguh, peduli, dan penuh kasih sayang.
*Sore harinya...*
"Bu, Fira pamit dulu, ya. Mau
ke rumah Salsa untuk ambil buku. Assalamu'alaikum!" kataku sambil mencium
tangan ibuku.
"Wa'alaikumsalam. Iya...
hati-hati di jalan!" balas ibu. Aku pun bergegas mengambil sepeda ontel
kesayanganku, dan meluncur ke rumah temanku yang namanya Salsa. Yap, seperti
biasanya, aku yang bisa dibilang ceroboh sering meninggalkan buku pelajaran
seusai kerja kelompok.
"Tok! Tok! Tok!
Sal...sa..." panggilku di depan pintu yang masih tertutup.
"Kreeek..." suara pintu
membuka dengan perlahan dan ku lihat, loo.. tadi siapa ya yang buka ? eh,
ternyata yang buka adiknya Salsa yang tingginya jauh lebih pendek dariku.
"Eh, ada kak Fira... silahkan
masuk kak, tunggu mbak Salsa ya, dia masih mandi." kata Fatimah, adik
kecil Salsa yang sangat sopan.
"Assalamu'alaikum." kataku
dengan memasuki ruang tamu perlahan.
"Wa'alaikum salam. Duduk dulu
ya, kak." balas Fatimah. Shafira pun melihat sekeliling foto di ruang
tamu. Di sana, terpajang foto besar yang bergambarkan Salsa dan adiknya yang
terlihat saling rukun dan akur dengan senyuman cantik mereka berdua. Di samping
foto itu pun, Fira melihat rajutan halus yang tidak asing lagi karya Fatimah
yang bergambar dua bunga cantik. Di pojok foto tertuliskan 'untuk kak Salsa
yang tersayang. Selamat ulang tahun yang ke-16 ya!' Shafira pun terbayang
dengan sosok adiknya. Ia sempat terharu dengan foto dan lukisan itu. Tak lama
kemudian, datanglah Fatimah yang sedang membawa tiga cangkir sirup dan sekotak
kue brownies.
"Silahkan dimakan kuenya dan
diminum sirupnya, ya kak!" kata Fatimah dengan senyum lebarnya. Shafira
pun kagum pada adiknya Salsa. Ia pun meminum sirup yang telah dibuatkan oleh
Fatimah.
"Makasih ya, dik. Hmmm... manisnya
pas. Apa sirup ini kamu yang buat?" tanya Fira.
"Hehe... iya, kak. Syukurlah
kalau manisnya pas." balas Fatimah. Mendengar itu, Fira pun ingin bertanya
pada Fatimah. Sebuah pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan.
"Dik, kakak mau tanya. Kenapa
sih kamu kok mau nyiapin makanan dan minuman ini untuk aku? Padahal aku kan
tamunya kakakmu?" tanya Fira.
"Tamu kakakku itu tamuku juga,
kak. Ini sudah biasa kok. Saat aku kedatangan tamu dari temanku, kak Salsa juga
membantuku untuk menyiapkan jajanan buat tamuku. Saat aku dalam keadaan susah
pun, kak Salsa sering membantuku. Pokoknya, kita tu saling membantu dalam
keadaan apa pun." jawab Fatimah dengan bangganya. Ia terlihat senang
sekali mempunyai kakak yang bernama Salsa. Mendengar itu, Fira pun merasa bersalah
pada adiknya. Ia teringat pada kata guru Fisikanya bahwa hal yang dialaminya
itu berkaitan dengan Hukum Newton ke-3 yakni 'sebab-akibat'.
"Selama ini aku nggak pernah
menunjukkan rasa peduli pada dik Sheila. Aku jadi tahu bahwa apabila aku baik
ke adikku, care, dan mau menolongnya,
pasti dia akan care, nggak usil,
menolongku, dan baik ke aku," kata Shafira dalam hati. Rupanya, ia telah
sadar sekarang.
"O iya, kak... ini buku Biologi
kakak. Tadi, katanya kak Salsa mendadak disuruh ibu ke pasar lewat gerbang
belakang, lalu ia menitipkan buku ini ke aku. Maaf ya kak, kak Salsa harus
segera ke pasar soalnya nanti mau ada acara di rumah ini... Jadi ya harus beli
ini itu untuk cepat dimasak." gumam Fatimah.
"Ah, nggak-papa, kok. Kalau
begitu, makasih ya, cantik! Kakak pamit dulu. Assalamu'alaikum!" kata
Shafira pada Fatimah. Fatimah pun pipinya memerah.
"Hehe... sama-sama, kak!
Wa'alikumsalam. Hati-hati ya, kak! Kapan-kapan main kesini lagi lo,
ya...." pinta Fatimah dengan senyuman dari bibir kecilnya.
"Pasti dong! Dadaa~"
"Daa~"
Shafira pun bergegas menuju toko
boneka barbie. Di sana, ia belikan adiknya sebuah boneka barbie cantik,
berambut pirang, dan bermata biru. Ia akan memulai hubungan baik pada adiknya.
Ia yakin, adik akan merasa senang. Ia pun bertekad untuk menjadi contoh kakak
yang baik. Lalu, ia pun memancal pedal sepedanya menuju ke rumahnya.
Sesampainya, ia buat kejutan ke adiknya.
"Ciluuuk... Baaa!" Shafira
menutup mata adiknya dan langsung melihatkannya sebuah boneka Barbie kesukaan
adiknya.
"Barbie!!! Hore... makasih, kak
Fira... Sheila sayang kakak!" Sheila langsung memeluk kakaknya dengan
penuh tawa yang selama ini jarang Fira lihat. Fira pun ikut senang dan mengelus
rambut adiknya. Dia terkejut bahwa adiknya akan memeluknya. Hari demi hari
telah berganti. Suasana rumah jadi semakin nyaman. Tak ada tengkar, suara
teriak, dan luka. Kini, Shafira dan Sheila adalah sepasang kakak-adik yang ceria dan saling membantu. \(^-^)/
Catatan : Sesama saudara, harusnya saling rukun. Sejatinya, mereka adalah orang yang mau mengerti keadaan kita. Kita pun harus menghargai dan menolong mereka. (^∇^)
TAMAT
By : Alsy Taqiya Herasafitri